![]() |
Mengapa Perhitungan Garis Kemiskinan BPS dan Bank Dunia Berbeda? |
Cara BPS menghitung garis kemiskinan berbeda dari standar Bank Dunia telah menjadi topik hangat dalam diskusi publik. Perbedaan ini mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam memahami dan mengukur kemiskinan, baik dari perspektif nasional maupun global.
Cara BPS menghitung garis kemiskinan berbeda dari standar Bank Dunia karena BPS menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal Indonesia. Metode ini mempertimbangkan kebutuhan dasar masyarakat Indonesia, termasuk konsumsi makanan dan non-makanan, serta faktor-faktor lain yang relevan dengan konteks nasional. (Perbedaan Garis Kemiskinan di Indonesia dan Standar Bank Dunia)
Cara BPS menghitung garis kemiskinan berbeda dari standar Bank Dunia juga karena Bank Dunia menggunakan standar global yang dirancang untuk memungkinkan perbandingan antarnegara. Standar ini tidak selalu mencerminkan kondisi spesifik di setiap negara, termasuk Indonesia.
Pendekatan BPS dalam Mengukur Garis Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengukur garis kemiskinan dengan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Metode ini membagi garis kemiskinan menjadi dua komponen utama: Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). ([PDF] https://www.bps.go.id)
Garis Kemiskinan Makanan (GKM): Menghitung nilai pengeluaran minimum untuk memenuhi kebutuhan energi sebesar 2.100 kilokalori per kapita per hari. Ini mencakup konsumsi dari 52 jenis komoditi makanan yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia. ([PDF] https://www.bps.go.id)
Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM): Menghitung nilai pengeluaran minimum untuk kebutuhan dasar non-makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. (Perbedaan Garis Kemiskinan di Indonesia dan Standar Bank Dunia)
Data yang digunakan BPS berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar (SPKKD). Dengan pendekatan ini, BPS dapat menghitung garis kemiskinan yang mencerminkan kondisi riil masyarakat Indonesia. ([PDF] https://www.bps.go.id, Kemiskinan Indonesia: Mengapa angka BPS dan Bank Dunia ...)
Standar Bank Dunia dalam Mengukur Garis Kemiskinan
Bank Dunia menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengukur garis kemiskinan. Mereka menetapkan ambang batas kemiskinan global berdasarkan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP). Untuk negara berpendapatan menengah ke atas seperti Indonesia, ambang batasnya adalah US$6,85 per kapita per hari, yang setara dengan sekitar Rp38.411,37 per kapita per hari atau sekitar Rp1,15 juta per bulan. (Bank Dunia Sebut Kemiskinan RI 60,3 Persen, BPS Beri Penjelasan, Beda Standar Bank Dunia vs BPS Ukur Jumlah Orang Miskin ...)
Pendekatan ini memungkinkan perbandingan tingkat kemiskinan antarnegara, namun tidak selalu mencerminkan kondisi spesifik di setiap negara. Bank Dunia juga menetapkan ambang batas untuk kemiskinan ekstrem sebesar US$2,15 per kapita per hari, yang digunakan untuk mengukur kemiskinan di negara-negara paling miskin. (Kemiskinan Indonesia: Mengapa angka BPS dan Bank Dunia ..., Bank Dunia Sebut 60,3% Masyarakat Indonesia Masih Miskin, BPS ...)
Mengapa Perbedaan Ini Penting?
Perbedaan antara metode BPS dan Bank Dunia dalam mengukur garis kemiskinan penting karena mencerminkan tujuan dan konteks yang berbeda.
Tujuan Pengukuran: BPS bertujuan untuk mengukur kemiskinan berdasarkan kondisi lokal Indonesia, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk merancang kebijakan sosial dan ekonomi yang relevan. Sementara itu, Bank Dunia bertujuan untuk memungkinkan perbandingan antarnegara dan memantau kemajuan global dalam mengurangi kemiskinan.
Konteks Lokal vs. Global: Metode BPS mempertimbangkan faktor-faktor lokal seperti pola konsumsi, harga barang dan jasa, serta kebutuhan dasar masyarakat Indonesia. Sebaliknya, metode Bank Dunia menggunakan standar global yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi lokal.
Implikasi Kebijakan: Hasil pengukuran BPS digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk merancang dan mengevaluasi program-program pengentasan kemiskinan. Sementara itu, data dari Bank Dunia digunakan untuk analisis dan perbandingan internasional.
Kesimpulan
Perbedaan antara cara BPS menghitung garis kemiskinan dan standar Bank Dunia mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam memahami dan mengukur kemiskinan. BPS menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal Indonesia, sementara Bank Dunia menggunakan standar global untuk memungkinkan perbandingan antarnegara. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan dan kegunaan masing-masing, dan penting untuk memahami konteks di balik angka-angka tersebut. (Kemiskinan Indonesia: Mengapa angka BPS dan Bank Dunia ...)
Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih bijak dalam menafsirkan data kemiskinan dan merancang kebijakan yang efektif untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia.
Cara BPS menghitung garis kemiskinan berbeda dari standar Bank Dunia karena pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal Indonesia.
Tags
news