![]() |
Harga Minyak Dunia Bisa Tembus US$110 Jika Iran Tutup Selat Hormuz(gambar ilustrasi) |
Jakarta,Jalur ekonomi --Pasar energi global tengah bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan harga minyak yang signifikan. Para analis memperkirakan harga minyak mentah dunia bisa melonjak hingga menyentuh angka US$110 per barel apabila Iran benar-benar menutup Selat Hormuz—jalur strategis pengiriman minyak dunia.
Prediksi ini muncul dari lembaga riset Rystad Energy. Mereka menyebutkan bahwa jika ketegangan geopolitik antara Iran dan negara-negara Barat meningkat dan menyebabkan blokade Selat Hormuz, dampaknya bisa sangat besar terhadap pasokan minyak global. Pasalnya, sekitar 20 persen dari total minyak dunia melewati selat ini setiap harinya.
“Jika Selat Hormuz benar-benar ditutup, harga minyak berpotensi melonjak 20 persen dari level saat ini,” ujar Jorge Leon, Wakil Presiden Senior Rystad Energy.
Leon menambahkan, meskipun skenario ini masih dianggap ekstrem dan belum pasti terjadi, pasar tetap harus mengantisipasi kemungkinan tersebut. Ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Israel, telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Situasi ini makin memanas seiring dengan konflik yang terjadi di wilayah Timur Tengah.
Penutupan Selat Hormuz akan mengganggu pengiriman minyak dari negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak—yang sebagian besar ekspornya bergantung pada jalur ini. Gangguan tersebut dapat menyebabkan krisis pasokan dan mendongkrak harga secara global.
Rystad Energy memperkirakan bahwa jika blokade benar-benar terjadi, bukan hanya harga minyak yang terdampak, tapi juga berbagai sektor ekonomi global. Biaya logistik, produksi, hingga harga bahan bakar konsumen bisa ikut terdongkrak.
Sebagai catatan, saat ini harga minyak mentah Brent berada di kisaran US$85 per barel. Jika benar melesat ke angka US$110, ini akan menjadi kenaikan drastis yang bisa memicu inflasi di banyak negara.
Sementara itu, pasar masih menanti bagaimana sikap negara-negara besar, terutama AS, dalam merespons potensi ancaman ini. Ketegangan politik dan militer di kawasan Teluk akan menjadi faktor penentu arah harga minyak dalam waktu dekat.
Tags
news