Samsung Galaxy G Fold : Tri-Fold Pertama Debut di China

Image credit : Samsung 


Jalurekonomi.com, Jakarta - Samsung Galaxy G Fold tri‑fold pertama hadir di China; teknologi canggih, desain inovatif, siap dibawa ke kuartal III. Samsung Galaxy G Fold membuka babak baru bagi perangkat lipat saat kali pertama diperkenalkan di China, memberikan angin segar di pasar smartphone.

Samsung Galaxy G Fold menyajikan pendekatan mutakhir: layar tiga lipatan, baterai silicon‑carbon, serta multitasking di level berikutnya, mulai dikenalkan kuartal III.

Samsung Galaxy G Fold bukan sekadar evolusi, melainkan revolusi, kini hadir di China lebih dulu, menantang kompetisi dan menjanjikan pengalaman mobile yang revolusioner.

“Samsung tri-fold baru saja memperoleh sertifikasi 3C versi FCC Tiongkok. Dalam sertifikasi itu, kita dapat melihat bahwa kecepatan pengisian daya Galaxy G Fold hanya 25W,” ulas Android Headlines, dikutip Minggu (8/6/2025).

Fitur pengisian daya 25W yang disematkan pada Samsung Galaxy G Fold memang cukup mencuri perhatian. Jika kita bandingkan dengan Huawei Mate XT ponsel lipat tiga pertama di dunia maka perbedaan cukup mencolok terlihat. Huawei memberikan kecepatan pengisian hingga 66W, meski masih mengandalkan koneksi lawas USB-A. Dalam hal kecepatan, Huawei memang lebih unggul, tetapi dari sisi konektivitas, Samsung justru lebih maju dengan dukungan penuh pada USB-C.

Samsung pun menunjukkan posisi strategisnya di tengah kompetisi. Meski pengisian daya hanya 25W, perusahaan asal Korea Selatan ini merupakan salah satu pelopor penggunaan USB-C untuk pengisian cepat. Sementara sebagian besar ponsel dari vendor China seperti OPPO, OnePlus, HONOR, dan bahkan Huawei masih bertahan dengan sistem pengisian berbasis USB-A yang sudah mulai ditinggalkan oleh pasar global.

Menariknya, meski OnePlus dikenal sebagai brand yang agresif dalam hal spesifikasi, ponsel mereka hanya menawarkan kecepatan pengisian sekitar 17W melalui USB-C. Angka ini masih tertinggal dari sebagian besar perangkat Samsung. Bahkan jika berbicara soal efisiensi dan dukungan teknologi terkini, Samsung berada satu langkah lebih maju, khususnya dalam soal kompatibilitas konektivitas dan kestabilan daya.

Namun, tak bisa dimungkiri bahwa beberapa konsumen dan penggemar loyal Samsung mempertanyakan keputusan ini. Sebab, seri Galaxy A yang berada satu tingkat di bawah seri premium sudah menawarkan kecepatan pengisian hingga 45W. Hal ini menimbulkan persepsi bahwa Galaxy G Fold, sebagai produk andalan dengan inovasi tri-fold, justru tertinggal dalam satu aspek penting: kecepatan pengisian baterai.

Meski kecepatan pengisian dayanya hanya 25W, hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh konfigurasi baterai yang lebih kompleks. Desain tri-fold membuat Samsung harus menempatkan tiga unit baterai terpisah di dalam bodi perangkat, yang masing-masing perlu dikontrol secara seimbang agar tidak menimbulkan masalah panas atau degradasi daya. Pengaturan semacam ini tentu menuntut kompromi dari sisi kecepatan pengisian, demi menjaga kestabilan dan keamanan daya.

Samsung sendiri dilaporkan akan merilis ponsel lipat tiga pertamanya, yang diyakini akan mengusung nama Galaxy G Fold, pada kuartal III tahun ini. Perangkat ini diprediksi tidak akan diumumkan bersamaan dengan seri Galaxy Z Fold maupun Galaxy Z Flip yang direncanakan meluncur pada bulan Juli. Artinya, Samsung memberi ruang khusus bagi Galaxy G Fold sebagai produk revolusioner, bukan hanya varian tambahan.

Mengenai harga, banyak analis menganggap banderol antara US$3.000 hingga US$3.500 atau sekitar Rp48,5 juta sampai Rp56,6 juta—masih berada dalam kategori wajar. Jika dibandingkan, Galaxy Z Fold 6 yang dirilis tahun 2024 saja telah dibanderol sekitar US$1.900 (Rp30,7 juta). Dengan peningkatan teknologi, desain lipat tiga, dan pengembangan baterai, lonjakan harga Galaxy G Fold dapat diterima, terutama bagi pengguna premium yang mengincar pengalaman berbeda dari smartphone biasa.

Wajar jika harga ponsel lipat tiga Samsung nantinya akan lebih tinggi dibanding seri lipat sebelumnya. Kehadiran lipatan tambahan jelas menambah tantangan dalam hal desain, struktur mekanik, dan pengembangan perangkat lunak. Ditambah lagi, Galaxy G Fold merupakan perangkat tri-fold pertama dari Samsung, menjadikannya tonggak sejarah baru yang otomatis meningkatkan nilai eksklusif sekaligus biaya produksinya.

Keputusan Samsung untuk memulai debut Galaxy G Fold di Tiongkok juga mencerminkan strategi yang sangat diperhitungkan. Berdasarkan laporan GSMArena, perangkat ini memiliki nomor model SM-F9680. Angka nol di akhir menunjukkan bahwa unit tersebut ditujukan khusus untuk pasar Tiongkok, bukan global. Ketika nantinya dirilis secara internasional, nomor modelnya akan berubah menjadi SM-F968x, di mana huruf terakhir menyesuaikan dengan masing-masing negara tujuan.

Langkah ini memperkuat indikasi bahwa Samsung sedang menguji pasar secara terbatas terlebih dahulu, mungkin untuk melihat respons konsumen terhadap desain tri-fold yang benar-benar baru. Hal ini juga sejalan dengan informasi yang muncul dari sertifikasi 3C, di mana diketahui bahwa Samsung tidak akan menyertakan kepala charger dalam paket penjualan Galaxy G Fold. Kebijakan ini memang sudah menjadi standar Samsung belakangan ini, tetapi tetap saja menjadi sorotan karena perangkat ini merupakan produk flagship dengan harga tinggi.

Bicara soal spesifikasi, Galaxy G Fold dikabarkan akan membawa layar utama sebesar 9,96 inci saat dibuka penuh, serta layar sekunder di bagian depan dengan ukuran 6,54 inci. Meski dimensinya besar, bobotnya hanya sekitar 298 gram, menjadikannya cukup ringan untuk perangkat dengan teknologi lipat tiga. Namun, di tahap awal peluncuran, Samsung tampaknya akan membatasi distribusi perangkat ini hanya untuk pasar tertentu seperti China dan Korea Selatan.

Jika kita tarik perbandingan dengan Huawei, pesaing berat asal China, maka terlihat bahwa Mate XT ponsel tri-fold pertama Huawei yang diluncurkan pada September 2024 telah lebih dahulu mendapatkan pujian dari publik. Mate XT berhasil menyempurnakan format layar ketika perangkat dibuka menjadi tablet. Rasio aspek yang mendekati 16:9 atau 16:10 membuat tampilan konten menjadi lebih alami dan nyaman dilihat, berbeda dengan rasio canggung seperti 1:1,2 yang biasa ditemukan pada ponsel lipat gaya buku.

Dengan benchmark seperti itu, ekspektasi terhadap Galaxy G Fold tentu sangat tinggi. Publik menantikan apakah Samsung mampu menghadirkan sesuatu yang lebih inovatif dan lebih fungsional dibanding Huawei. Apalagi, selama ini Samsung dikenal lebih matang dalam menyempurnakan ekosistem software dan integrasi antarmuka dibanding para pesaingnya.

Namun, langkah ini juga menghadirkan tantangan besar. Pasar foldable saat ini sudah mulai padat, dan dengan harga yang diperkirakan mencapai US$3.000 hingga US$3.500, Galaxy G Fold harus menawarkan lebih dari sekadar gimmick desain. Ia harus membuktikan bahwa format tri-fold bukan hanya untuk pamer teknologi, melainkan benar-benar meningkatkan pengalaman pengguna dalam produktivitas, hiburan, dan multitasking.

Dengan semua catatan tersebut, Galaxy G Fold tampil sebagai taruhan besar Samsung dalam memperluas lini foldable-nya. Perangkat ini bukan hanya memperkenalkan bentuk baru dalam dunia smartphone, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa Samsung terus mendorong batas inovasi, bahkan saat harus berhadapan langsung dengan rival-rival kuat dari China yang lebih agresif dalam hal harga dan rilis awal.

Ke depan, akan sangat menarik menyaksikan bagaimana Galaxy G Fold disambut pasar, terutama di Tiongkok yang menjadi medan perang utama antara Samsung dan Huawei dalam teknologi ponsel lipat tiga.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال